Banyak fobia yang sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu (takut
badut, takut ruang sempit, takut ketinggian), namun ada satu fobia yang
baru saja muncul, yakni nomofobia. Ini merupakan kondisi seseorang yang
ketakutan berlebih saat tidak membawa atau menggunakan ponsel (no mobile
phone phobia, nomophobia).
Penderitanya merasa “terputus dari
dunia luar” saat tidak bersama ponsel. Tapi tentu tingkat nomofobia
bervariasi dan mungkin saja tidak terlalu terasa oleh sebagian orang.
Apa
saja ciri-cirinya? Antara lain, merasa khawatir saat ponsel dalam
kondisi tidak aktif atau mati dalam waktu yang lama; terobsesi selalu
mengecek ponsel mulai dari panggilan tak terjawab, email atau SMS;
selalu memastikan baterai ponsel penuh; stres ketika pesan BBM pending
atau “lemot”; dan, seperti disebutkan di atas, selalu membawa serta
ponsel Anda ke kamar mandi untuk tetap terhubung.
Pada Februari 2012, studi yang dipublikasikan SecurEnvoy terhadap 1000 orang di Inggris menunjukkan, dua pertiga responden takut bila tanpa ponsel.
Pengguna
usia muda, antara 18 hingga 24 tahun, adalah rentang usia terbanyak
yang mengalami adiksi atau kecanduan terhadap perangkat bergerak mereka.
Sebanyak 77 persen di antaranya mengaku tak dapat jauh dari
ponsel mereka dalam waktu yang cukup lama (baca: beberapa menit!),
sementara “hanya” 68 persen dari rentang umur 25 sampai 34 tahun
merasakan hal serupa.
Selain mengecek ponsel mereka setidaknya 34
kali dalam sehari, menggunakan ponsel saat berada di toilet digambarkan
sebagai “bentuk modern dari membaca koran saat di toilet”.
Selain
itu, penelitian tersebut juga menemukan fakta bahwa sekitar 49 persen
pengguna ponsel merasa risih jika pesan atau SMS dalam ponsel mereka
dibaca pasangannya. Kebanyakan dari mereka (atau kita) juga tidak
menggunakan sistem pengaman untuk ponsel.
Setidaknya hanya 46
persen pengguna yang menggunakan kode password sebagai pengaman, dan
hanya 10 persen yang menambahkan enkripsi pada data-data penting.
Penderita
nomofobia tentunya memiliki kesempatan untuk sembuh. Salah satu
metodenya adalah dengan memisahkan pasien dari ponsel dan barang
elektronik lainnya selama 10 hari.
Setidaknya dalam 10 hari itu,
para pasien akan dapat melihat bahwa dunia tidak kiamat dan terus
berjalan normal walaupun ponsel tidak di tangan.
Jika Anda merasa
memiliki ketergantungan pada ponsel, ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan sendiri. Misalnya, buat komitmen pribadi untuk mematikannya
beberapa jam dalam satu hari. Jangan keluarkan ponsel saat sedang makan
bersama keluarga atau saat berolahraga. Isi waktu luang dengan kegiatan
fisik lain seperti olahraga atau membuat prakarya. (Oleh Kristian Tjahjono | Jagat Pintar – Jum, 7 Des 2012,)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar